Bagi
orang beragama, di bawah alam sadarnya tersimpan keyakinan, bahwa ada
kekuatan lain melebihi kekuatan normal dirinya sebagai manusia biasa.
yaitu kekuatan supra rasional Tuhan. Kekuatan tuhan melebihi
segala-galanya, hingga termaktub dalam salah satu asm’ul husna yaitu al
quwwah (kekuatan).
selain tulisan di atas kami juga mempersilahkan anda untuk membaca sebuah pelajaran jujur dari alam
Read More »
Kekuatan
supra ini dipersiapkan oleh Allah untuk seorang hamba yang gemar
mengetuknya melalui gerbang pintu ijabah dengan kunci do’a. tradisi
agama berdo’a agaknya sama tuanya dengan keberadaan manusia di muka bumi
ini, ajaran berdo’ sudah ada sejak masa Adam as, saat makan buah
terlarang kemudian berdo’a kepada Allah memohon ampunan (QS.6:23).
Pendek kata, berdo’a adalah salah satu senjata bagi orang beriman untuk
mengetuk kuasa Allah swt. Di samping itu, berdo’a juga bernilai ibadah.
Nabi saw bersabda “do’a adalah senjatanya orang beriman”,
Keampuhan
senjata tergantung dari pemakainya (user), kasus ini dapat dianalogikan
seperti pedang, pedang di tangan seorang pejuang yang kuat akan
berfungsi untuk membunuh musuh-musuhnya, tetapi setajam apapun di tangan
orang yang lumpuh pedang tidak lebih hanya sebatas pelengkap hiasan
dinding belaka. Begitu juga do’a, keampuhan do’a tergantung oleh
integritas ketaqwaan dan keimanan sang pendo’a. Semakin tinggi
integritas ketaqwaan dan keimanannya serta intensitas kedekatakannya
kepada Allah maka semakin ampuh daya dobrak do’a tersebut. Oleh karena
itu, tidak bisa disalahkan banyak orang yang pergi ke orang ‘alim yang
dianggap mempunyai integritas tinggi bermohon untuk di do’akan supaya
urusannya menjadi mudah, perdagangannya supaya berkah, pencalonannya
supaya jadi, ujiannya supaya lulus dan seterusnya
Jenis
do’a yang dibaca mungkin sama dengan do’a keseharian kita, tetapi
karena pendo’anya berbeda maka hasilnya juga berbeda. Sama sama membaca
basmalah, tetapi daya dobrak kekuatan basmalah tentu berbeda, itulah di
antara rahasia di balik kekuatan do’a. Berdasarkan firman Allah Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS.2:186) Allah berjanji
mengabulkan doa, minimal dua syarat ini terpenuhi.
Pertama,
memenuhi segala perintahnya baik yang wajib maupun yang sunnah
sekaligus menjauhi larangannya, baik yang haram maupun yang makruh atau
lebih populer dikenal dengan istilah taqwa. Ketakwaan membawa intensitas
kedekatan seorang hamba kepada Allah, semakin dekat kepada Allah maka
do’a semakin berpeluang dikabulkannya do’a. Kedua, percaya sepenuh hati,
tanpa ada keraguan sedikitpun, bahwa Allah akan mengabulkan untaian
do’a yang dipanjatkan, karena Allah mengikuti prasangka hambanya. Dalam
hadits qudsi dikatakan “aku (Allah) sesuai dengan prasangka hambaku”.
Apabila
kedua syarat tersebut, dilakukan secara padu, maka Allah akan memberi
garansi diterimanya sebuah do’a sebagaimana firman-Nya “Berdo`alah
kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu...” (QS. 40:60).
Do’a yang dipanjatkan dengan keyakinan dan integritas ke-mukmin-an yang tinggi pasti akan terkabul, ibarat kekuatan suprarasional doa
yang dipinjam dari kekuatan tuhan tentunya setelah melakukan sebuah
usaha (ikhtiyar) yang kuat. Tidak dibenarkan hanya dengan do’a semua
masalah teratasi dengan baik. Do’a adalah sebuh konsep yang aktif bukan
konsep agama yang pasif. Penguatan bathinnya adalah do’a, sedangkan
kekuatan dhohirnya adalah iktiyar.
Artikel ini diterbitkan di surat pembaca Majalah Gatra, 2015, admin mengambil tulisan ini dari mwiyono.com
selain tulisan di atas kami juga mempersilahkan anda untuk membaca sebuah pelajaran jujur dari alam